IFFAH,
MUSAWAH, UKHUWAH
(PENGERTIAN,
DASAR, DAN FUNGSI)
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas
Mata Kuliah: Materi dan Pembelajaran Akidah Akhlaq Mts dan MA
Dosen pengampu: Drs. H. Ah. Choiron, M, Ag.
Disusun Oleh :
Rhomlatul Nihayah :
111107
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGRI
JURUSAN TARBIYAH / PAI
2014
A. Pendahuluan
Perilaku dan
tabiat manusia baik yang terpuji maupun yang tercela disebut dengan akhlak. Akhlak merupakan etika
perilaku manusia terhadap manusia lain, perilaku manusia dengan Allah SWT maupun
perilaku manusia terhadap lingkungan hidup. Segala macam perilaku
atau perbuatan baik yang tampak dalam kehidupan sehari-hari disebut akhlakul
kharimah atau akhlakul mahmudah.
Acuhannya
adalah Al-Qur’an dan Hadist serta berlaku universal. Akhlakul karimah (sifat-sifat terpuji)
ini meliputi akhlak terhadap Allah, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak
terhadap orang tua dan keluaga, akhlak terhadap orang lain atau masyarakat, dan
akhlak terhadap alam.
Akhlak kepada Allah
menauhidkan diantaranya beribadah, bersyukur, taqwa, berdoa,
berdzikir, tawakal, mahabbah (cinta). Akhlak kepada diri sendiri
diantaranya kreatif dan dinamis, sabar, tawadu, benar,
iffah, amanah/jujur. Akhlak kepada ibu, bapak dan
keluarga diantaranya berbakti kepada kedua orang tua, mendoakan orang
tua, adil terhadap saudara, membina dan mendidik keluarga,
memelihara keturunan. Akhlak terhadap orang/masyarakat
diantaranya membangun sikap ukhuwah atau persaudaraan, melakukan
silaturrohim, ta’awun ialah saling tolong menolong dalam hal
kebajikan, bersikap adil, bersikap pemaaf dan
penyayang, bersikap dermawan, manahan marah dan berkata yang baik
(lemah lembut), musawah , tasamuh, bermusyawarah, menjalin perdamaian.
Akhlak kepada alam diantaranya memperhatikan dan merenungkan penciptaan alam,
memanfaatkan alam
Pada makalah
kali ini kami akan membahas mengenai iffah, musawah, serta ukhuwah dalam
makalah kami yang berjudul “Iffah, Musawah, Ukhuwah (Pengertian, Dasar,
dan Fungsi)”.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian diatas, maka kami membuat permasalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana esensi dari iffah, musawwah,
dan ukhuwah?
2. Bagaimana dasar dari iffah, musawwah,
dan ukhuwah ?
3. Bagaimana fungsi iffah, musawwah, dan ukhuwah
dalam aqidah seseorang ?
C. Pembahasan
1.
Esensi
Iffah, Musawwah, Dan Ukhuwah
v
Esensi
iffah
Secara
bahasa, iffah adalah menjauhkan (menahan) dari yang tidak halal. Juga
berarti kesucian tubuh. Iffah secara istilah adalah memelihara
kehormatan diri dari segala hal yang
akan merendahkan diri, merusak dan menjauhkannya.[1]
Atau dengan kata lain menahan diri sepenuhnya dari perkara-perkara yang Allah
haramkan. Dengan demikian, seorang yang afif
adalah orang yang bersabar dari perkara-perkara yang diharamkan walaupun
jiwanya cenderung kepada perkara tersebut dan menginginkannya.
Iffah
adalah akhlak yang mulia, perbuatan yang
baik, apabila seseorang menghiasi dirinya dengan iffah maka Allah akan mencintainya dan ia akan dicintai oleh semua
manusia. Keutamaan iffah, menjaga manusia dari perbuatan
dosa yang dilakukan tangannya, lisannya atau dengan segala sesuatu yang tidak
halal baginya, dan mungkin bisa mencegahnya dari perilaku maksiat.
Di
dalam kamus Al- Munjid kata iffah berasal dari kata
العفة
- عفا معنها طهارة الجسد, ترك الشهوات الدنيوية
Iffah
maknanya membersihkan jiwa, meninggalkan nafsu keduniawian.
Secara
terminologi iffah adalah diperolehnya kesadaran jiwa yang
mampu mengendalikan diri dari syahwat dan hawa nafsu.
v
Esensi
Musawwah
Musawwah
secara bahasa artinya persamaan. Menurut Istilah, persamaan dan kebersamaan
serta penghargaan terhadap sesama manusia sebagai makhluk Allah. Persamaan(Al-musawah),
yaitu pandangan bahwa semua manusia sama harkat dan martabatnya. Tanpa
memandang jenis kelamin, ras ataupun suku bangsa. Tinggi rendah manusia hanya
berdasarkan ketakwaanya yang penilaian dan kadarnya hanya Tuhan yang tahu. Prinsip
ini dipaparkan dalam kitab suci sebagai kelanjutan prinsip
persaudaraan dikalangan kaum beriman. Jadi persaudaraan berdasarkan
iman (ukhuwah
islamiah) diteruskan dengan persaudaraan berdasarkan kemausiaan ( ukhuwah
insaniah ).[2]
v
Esensi
Ukhuwah
Ukhuwah
(ukhuwwah) yang biasa diartikan sebagai
persaudaraan, terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti memperhatikan.
Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian
semua pihak yang merasa bersaudara.
Boleh jadi, perhatian itu pada mulanya lahir karena
adanya persamaan di antara pihak-pihak yang bersaudara, sehingga makna tersebut
kemudian berkembang, dan pada akhirnya ukhuwah diartikan sebagai setiap
persamaan dan keserasian dengan pihak lain, baik persamaan keturunan, dari segi
ibu, bapak, atau keduanya, maupun dari segi persusuan. Secara majasi kata
ukhuwah (persaudaraan) mencakup persamaan salah satu unsur seperti suku, agama,
profesi, dan perasaan. Sehingga dalam Al-qur’an dijelaskan bahwa ukhuwah adalah
persaudaraan seagama Islam, dan persaudaraan yang jalinannya bukan karena
Agama.[3]
Menurut
KH Achmad Sidiq, ada empat macam ukhuwah dalam kehidupan manusia, yaitu ukhuwwah
basyariyyah, insaniyyah, wataniyyah, islamiyyah.
ü Ukhuwwah
Basyariyyah adalah persaudaraan yang lahir dari kodrat kehidupan
manusia, terutama dalam dimensi kehidupan kebutuhan.
ü Ukhuwwah
insaniyyah adalah persaudaraan yang terbawa oleh kodrat manusia sebagai
makhluk berfikir, yang jadi basis berkembangnya kemampuan penciptaan dan
kreatifitas.
ü Ukhuwah
Wataniyyah adalah persaudaraan kebangsaan yang lahir melalui proses
sejarah yang panjang dan kemudian membentuk suatu identitas bangsa yang
mengikat satu sama lain dalam suatu wadah kehidupan bernegara dan berbangsa.
ü Ukhuwah
Islamiyyah adalah persaudaraan yang lahir karena keyakinan islam yang
dipeluk oleh sekelompok orang atau masyarakat, dengan Islam diletakkan sebagai
pedoman bagi kehidupannya.[4]
2.
Dasar
Dari Iffah, Musawwah, Dan Ukhuwah
I. Dasar Iffah
Secara
bahasa 'iffah adalah menahan dan menjaga. Adapun secara
istilah; menahan diri dari perkara-perkara yang Allah haramkan. Dengan demikian
seorang yang 'afif adalah orang yang bersabar dari
perkara-perkara yang diharamkan walaupun jiwanya menginginkannya. Misalkan saja menahan diri dari hawa nafsu untuk
minta-minta kepada orang lain (tidak mau berusaha untuk memenuhi kebutuhan).
Seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 273
Ïä!#ts)àÿù=Ï9 úïÏ%©!$# (#rãÅÁômé& Îû È@Î6y «!$# w cqãèÏÜtGó¡t $\/ö|Ê Îû ÄßöF{$# ÞOßgç7|¡øts ã@Ïd$yfø9$# uä!$uÏZøîr& ÆÏB É#ÿyèG9$# NßgèùÌ÷ès? öNßg»yJÅ¡Î/ w cqè=t«ó¡t Z$¨Y9$# $]ù$ysø9Î) 3 $tBur (#qà)ÏÿZè? ô`ÏB 9öyz cÎ*sù ©!$# ¾ÏmÎ/ íOÎ=tæ ÇËÐÌÈ [5]
273. (Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh
jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak
tahu menyangka mereka orang Kaya karena memelihara diri dari minta-minta. kamu
kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang
secara mendesak. dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan
Allah), Maka Sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.
Dalam tafsir Al-Misbah di jelaskan sedikit mengenai iffah
(menjaga diri) dari hal meminta (secara mendesak), meskipun mereka golongan
fakir. Mereka adalah orang-orang terhormat, bersih walau miskin, rapi walau
sederhana, taat beragama, sangat menghargai diri mereka, dan juga terlihat
khusuk, sederhana bahkan bisa jadi wajahnya pucat pasi, tetapi ketaqwaan
menjadikan mereka penuh wibawa dan kehormatan.[6]
II. Dasar Musawwah
Dalil
tentang Musawwah dalam QS. 49/Al-Hujurat 13
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ [7]
13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
Dalam
ayat ini menegaskan kesatuan asal usul manusia dengan menunjukkan kesamaan
derajat kemanusiaan manusia baik laki-laki maupun perempuan. Intinya baik laki-laki maupun perempuan adalah sama
tidak ada perbedaan satu dengan yang lain.[8]
III.
Dasar
Ukhuwah
Pada poin esensi diatas telah dijelaskan mengenai ukhuwah.
Ukhuwah yang secara jelas dinyatakan dalam Al-Qur’an adalah persaudaraan
seagama dan persaudaraan yang jalinannya bukan karena Agama. Ini tercermin
dengan jelas dari pengamatan bentuk jamak dari kata tersebut dalam Al-Qur’an,
yang menunjukkan dua arti kata akh, yaitu:
Pertama, Ikhwan, yang biasanya digunakan untuk
persaudaraan tidak sekandung. Kata ini ditemukan sebanyak 22 kali sebagia
disertakan dengan kata ad-din (agama) seperti dalam surat At-Taubah ayat
11 :
bÎ*sù (#qç/$s? (#qãB$s%r&ur no4qn=¢Á9$# (#âqs?#uäur no4q2¨9$# öNä3çRºuq÷zÎ*sù Îû Ç`Ïe$!$# 3 ã@Å_ÁxÿçRur ÏM»tFy$# 5Qöqs)Ï9 tbqßJn=ôèt ÇÊÊÈ [9]
11. jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan
zakat, Maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. dan Kami menjelaskan
ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.
Sedangkan sebagian lain tidak dirangkaikan dengan kata ad-din
(agama) seperti :
220.
… jika kamu bergaul
dengan mereka(anak-anak yatim),
maka mereka adalah saudaramu…
Teks ayat tersebut secara tegas dan nyata menunjukkan
bahwa Al-Qur’an memperkenalkan persaudaraan seagama dan persaudaraan tidak
seagama. [11]
Bentuk jamak kedua yang digunakan oleh Al-Qur’an adalah ikhwat,
terdapat sebanyak tujuh kali digunakan untuk makna persaudaraan seketurunan,
kecuali satu ayat yaitu dalam QS.49/Al-Hujurat: 10
$yJ¯RÎ) tbqãZÏB÷sßJø9$# ×ouq÷zÎ) (#qßsÎ=ô¹r'sù tû÷üt/ ö/ä3÷uqyzr& 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ÷/ä3ª=yès9 tbqçHxqöè? ÇÊÉÈ [12]
10. orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Hal ini agaknya untuk mengisyaratkan bahwa persaudaraan
yang terjalin antara sesama muslim, adalah persaudaraan yang dasarnya berganda.
Sekali atas dasar persamaan iman, dan kedua kali adalah persaudaraan
seketurunan, walaupun yang kedua ini bukan dalam pengertan yang hakiki. Dengan
demikian tidak ada alasan untuk memutuskan hubungan persaudaraan itu. Ini
lebih-lebih lagi jika masih direkat oleh persaudaraan sebangsa, secita-cita,
sebahasa, senasib, dan sepenanggungan.[13]
Oleh karena itu merupakan kewajiban ganda pula bagi umat beriman agar selalu
menjalin hubungan persaudaraan yang harmonis diantara mereka.
3.
Fungi
Iffah, Musawwah, Ukhuwwah
I.
Fungsi
iffah
Iffah memiliki fungsi diantaranya sebagai berikut :
1. Menjauhkan dari hal-hal yang dapat mengundang fitnah
2. Akan terjaga dari berbagai kehinaan dan kerendahan dan
akan terjaga dari berbagai maksiat[14]
II.
Fungsi
musawwah
Fungsi Musawwah diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai petunjuk tata krama pergaulan
dengan sesama manusia.
2. Sebagai pengantar untuk menegaskan bahwa
semua manusia derajat kemanusiaanya sama disisi Allah, tidak ada perbedaan antara
satu suku dengan yang lain.
III.
Fungsi
ukhuwah
Fungsi ukhuwah diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Persaudaraan
yang tulus akan melahirkan rasa kasih sayang yang mendalam pada jiwa setiap
muslim
2. Mendatangkan dampak positif, seperti saling menolong, mengutamakan
orang lain, ramah, dan mudah untuk saling memaafkan.
3. Akan terhindari hal-hal yang merugikan dengan menjauhi
setiap hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi orang lain, baik yang
berkaitan dengan jiwa, harta, kehormatan, atau hal-hal yang merusak harkat dan
martabat mereka.
4. Ukhuwah akan melahirkan akhlak yang mulia, di
antaranya sikap ramah, cinta kasih, peduli terhadap kebutuhan saudaranya seiman
dan sekaligus membantu mereka.
5. Terwujudlah kehidupan yang aman, tenteram, dan
harmonis tanpa adanya saling permusuhan dan kebencian.
6. Ukhuwah akan memperkokoh kekuatan kaum muslimin
sehingga akan terwujudlah kejayaan Islam dan kaum muslimin.
Dari fungsi ketiga akhlaq
terpuji diatas, ada pula fungsi secara umum perilaku akhlaq terpuji,
diantaranya:
-
Menciptakan ketentraman, keharmonisan, dan
ketenangan di masyarakat.
-
Menciptakan kehidupan yang saling menghormati
antarsesama.
-
Menciptakan rasa tasamuh (toleransi)
antarwarga dan masyarakat, terwujudnya kehidupan yang adil dan makmur.
-
Orang yang berperilaku terpuji akan memiliki
modal cukup besar untuk mendapatkan tiket ke surge Allah SWT.[15]
D. Analisa
Diantara
ketiga akhlak terpuji diatas yakni iffah musawwah dan ukhuwah menurut
pemakalah, hanya iffah merupakan akhlak yang paling tinggi yang dicintai oleh
Allah SWT. Karena sifat iffah inilah akan lahir sifat-sifat mulia seperti sabar, qonaah, jujur, santun,
ukhwah, musawwah dan akhlak
terpuji lainya.
Ketika
sifat iffah ini sudah hilang dari diri seseorang maka akan membawa pengaruh
negatif dalam didri seseorang tersebut, dikhawatirkan akal sehatnya tertutup
oleh nafsu sahwatnya, ia sudah tidk mampu lagi membedakan mana yang benar, mana
baik dan buruk yang halal dan yang haram. Oleh sebab itulah iffah pada diri
manusia merupakan sifat potensial yang harus didik, ditanamkan serta dilatih
scara sunguh-sunguh pada diri manusia, sehingga bisa menjadi benteng dalam
menjaga kemuliaan eksistensi pada dirinya.
E. Kesimpulan
1.
a. Iffah adalah
akhlak yang mulia, perbuatan yang baik, apabila seseorang menghiasi dirinya
dengan iffah maka Allah akan mencintainya dan ia akan dicintai oleh semua
manusia. Keutamaan iffah, menjaga manusia dari perbuatan
dosa yang dilakukan tangannya, lisannya atau dengan segala sesuatu yang tidak
halal baginya, dan mungkin bisa mencegahnya dari perilaku maksiat.
b. Musawwah
secara bahasa artinya persamaan. Menurut Istilah, persamaan dan kebersamaan
serta penghargaan terhadap sesama manusia sebagai makhluk Allah.
c. Ukhuwah
(ukhuwwah) yang biasa diartikan sebagai
persaudaraan, terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti memperhatikan
2.
a. Dalil tentang Iffah dalam Al-Qur’an Surat
Al-Baqarah : 273.
b. Dalil tentang Musawwah
dalam QS. 49/Al-Hujurat 13
c. Dalil
ukhuwah Kata ini ditemukan sebanyak 22 kali sebagia disertakan
dengan kata ad-din (agama) seperti dalam surat At-Taubah ayat 11 dan
pada QS.49/Al-Hujurat: 10.
3. Iffah mempunyai dua fungsi, musawah juga mempunyai dua
fungsi, serta ukhuwah ada enam fungsi. Disamping itu fungsi secara umum adalah
sebagai berikut:
-
Menciptakan ketentraman, keharmonisan, dan
ketenangan di masyarakat.
-
Menciptakan kehidupan yang saling menghormati
antarsesama.
-
Menciptakan rasa tasamuh (toleransi)
antarwarga dan masyarakat, terwujudnya kehidupan yang adil dan makmur.
-
Orang yang berperilaku terpuji akan memiliki
modal cukup besar untuk mendapatkan tiket ke surge Allah SWT.
F. Penutup
Demikian makalah yang dapat kami buat,
tidak ada yang sempurna didunia ini kecuali sang Maha Sempurna, begitu juga
dengan makalah ini. Oleh karena itu, kritik konstruktif senantiasa kami tunggu.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
G. Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Salimi, Noor. 2004. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Bumi Aksara.
Asy’arie, Musa. 2006. Islam:
keseimbangan rasionalitas, moralitas dan spiritualitas.
Yogyakarta:LESFI.
Departemen Haji dan Wakaf Saudi
Arabia. 1412 H . Al-Qur’an dan
Terjemahannya. Madinah:Komplek Percetakan Al-Qur’an Khadim al Haramain asy
Syarifain Raja Fahd.
Hasyim, Umar, Ahmad. 2004. Menjadi Muslim Kaffah. Yogyakarta:Mitra Pustaka.
Raudhatul Jannah, Makalah Akhlaq, http://roejha.blogspot.com/2012_08_01_archive.html,
pada 30-4-2014 jam 1.30 am
Shihab, Quraish, Muhammad. 1996. Wawasan Al-Qur’an:Tafsir Maudhu’I Atas
Pelbagai Persoalan Umat. Bandung:Mizan.
Shihab, Quraish, M. 2002. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Qur’an, Vol.1. Jakarta:Lentera Hati,
Shihab, Quraish, M. 2002. Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan
Keserasian al-Qur’an, Vol. 13. Jakarta:Lentera Hati.
Usman dan Inayahwati, Ida. 2011. Ayo Mengkaji Akidah Akhlak untuk Madrasah
Aliyah Kelas X. Jakarta:Erlangga.
[1] Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar
Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 208.
[2] Raudhatul Jannah, Makalah
Akhlaq, http://roejha.blogspot.com/2012_08_01_archive.html, pada 30-4-2014 jam 1.30 am
[3] Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an:Tafsir Maudhu’I Atas
Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung:Mizan, 1996), Hlm. 486.
[4] Musa Asy’arie,
Islam: keseimbangan rasionalitas,
moralitas dan spiritualitas, (Yogyakarta:LESFI, 2005), hlm. 67-68.
[5] Departemen Haji dan Wakaf Saudi
Arabia, Al-Qur’an dan Terjemahannya,
(Madinah:Komplek Percetakan Al-Qur’an Khadim al Haramain asy Syarifain Raja
Fahd, 1412 H), hlm 68.
[6] M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an, Vol.1, (Jakarta:Lentera Hati, 2002), hlm. 586.
[7] Departemen Haji dan Wakaf Saudi
Arabia, Ibid, hlm. 847.
[8] M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan
Keserasian al-Qur’an, Vol. 13, (Jakarta:Lentera Hati, 2002), hlm261.
[9] Departemen Haji dan Wakaf Saudi
Arabia, Ibid, hlm. 279.
[10] Departemen Haji dan Wakaf Saudi
Arabia, Ibid, hlm. 53.
[11] Muhammad Quraish Shihab, Ibid,
hlm 489-490.
[12] Departemen Haji dan Wakaf Saudi
Arabia, Ibid, hlm. 846.
[13] M Quraish Shihab, Ibid, hlm. 248.
[15] Usman dan Ida Inayahwati, Ayo
Mengkaji Akidah Akhlak untuk Madrasah Aliyah Kelas X, (Jakarta:Erlangga,
2011), hlm. 106.
Kok ada tulisan monyetnya mbak?
ReplyDelete